Para ilmuwan dari USC Dornsife College of Letters menyelesaikan sebuah
terobosan penting dalam komputasi kuantum, berupa penggunaan mesin-mesin
kuantum untuk merevolusi pengolahan informasi.
Susumu Takahashi, asisten profesor dari USC Dornsife College of Letters,
Arts and Sciences, beserta rekan-rekannya menggunakan medan magnet
berkekuatan tinggi untuk menekan dekoherensi, yang merupakan salah satu
hambatan dalam komputasi kuantum.
"Medan magnet berkekuatan tinggi mengurangi tingkat gangguan (noise) di
sekitar, sehingga
bisa menekan dekoherensi dengan sangat efisien," kata Takahashi. Dekoherensi selama ini disebut-sebut sebagai "quantum bug" yang merusak properti dasar yang menjadi andalan komputer-komputer kuantum.
bisa menekan dekoherensi dengan sangat efisien," kata Takahashi. Dekoherensi selama ini disebut-sebut sebagai "quantum bug" yang merusak properti dasar yang menjadi andalan komputer-komputer kuantum.
Komputasi kuantum menggunakan bit kuantum, atau qubits, untuk penyandian
informasi dalam bentuk nol dan satu. Tidak seperti komputer tradisional
yang menggunakan bit tradisional, komputer kuantum mengimplementasikan
fakta yang nyaris mustahil bahwa qubits bisa muncul dalam banyak kondisi
secara bersamaan, yang disebut "superposition".
Sementara sebuah bit hanya bisa mewakili nol atau satu, sebuah qubit
bisa mewakili nol dan satu secara bersamaan karena superposition. Hal
ini memungkinkan pemrosesan kalkulasi secara simultan dalam sistem
pararel. Meski konsep penopang komputasi komputer tidak lagi baru, namun
hal-hal seperti dekoherensi menghalangi implementasi komputasi kuantum
secara penuh.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mengalkulasikan semua sumber
dekoherensi seperti temperatur, medan magnet, dan dengan konsentrasi
nuklir isotopik, dan mempertimbangkan kondisi optimal untuk
mengoperasikan qubits, dekoherensi bisa ditekan sekitar 1000 kali.
"Untuk pertama kalinya kami dapat memprediksi dan mengendalikan semua
mekanisme dekoherensi dalam sistem yang sangat kompleks--dalam hal ini
molekul magnetik yang sangat banyak," kata Phil Stamp, Profesor Fisika
dan Astronomi USC dan Direktur Pacific Institute of Theoretical Physics.
Sumber : National Geographic Indonesia, 22 Juli 2011kutipan dari http://www.komputasi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1312708966&1
No comments:
Post a Comment